Pengertian ABK Menurut Para Ahli: Panduan Terlengkap 2025
Istilah "Anak Berkebutuhan Khusus" atau yang sering disingkat ABK, merupakan terminologi yang sangat fundamental dalam dunia Pendidikan Luar Biasa dan Psikologi Anak. Namun, apa sejatinya makna di baliknya? Memahami pengertian ABK menurut para ahli bukan sekadar hafalan definisi, melainkan sebuah langkah awal yang krusial untuk membangun fondasi pemahaman yang tepat. Bagi Anda, mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB), guru di sekolah inklusi, maupun orang tua yang tengah berjuang memahami kondisi buah hati, definisi yang akurat adalah kompas yang akan menuntun pada intervensi dan dukungan yang paling optimal.
Artikel ini dirancang untuk menjadi panduan terlengkap Anda. Kita akan mengupas tuntas mulai dari konsep dasar yang membedakan impairment, disability, dan handicap, menelaah berbagai definisi dari para pakar di Indonesia dan internasional, membedah klasifikasi ABK secara rinci, hingga memahami landasan hukum ABK dan model layanan pendidikannya. Mari kita selami bersama.
Memahami Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus
Sebelum melangkah ke definisi para ahli, penting untuk memahami tiga konsep kunci yang sering kali digunakan secara tumpang tindih namun memiliki makna yang berbeda. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO) dan menjadi dasar pemahaman dalam studi disabilitas.
- Impairment (Kerusakan/Kelainan)
Ini adalah kondisi kehilangan atau abnormalitas pada struktur atau fungsi psikologis, fisiologis, atau anatomis. Impairment terjadi pada level organ. Contohnya adalah kerusakan pada retina mata, kelainan pada struktur telinga bagian dalam, atau lesi pada otak. - Disability (Disabilitas/Ketidakmampuan)
Ini adalah keterbatasan atau ketidakmampuan untuk melakukan suatu aktivitas dengan cara yang dianggap normal bagi manusia, yang diakibatkan oleh impairment. Disability terjadi pada level individu. Contohnya, akibat impairment pada retina, individu mengalami ketidakmampuan untuk melihat (disabilitas penglihatan). - Handicap (Kecacatan/Hambatan)
Ini adalah kerugian atau masalah yang dihadapi oleh individu sebagai akibat dari impairment atau disability saat berinteraksi dengan lingkungannya. Handicap bersifat sosial dan situasional. Contohnya, individu dengan disabilitas penglihatan menghadapi hambatan (handicap) saat hendak membaca buku cetak standar di perpustakaan umum yang tidak menyediakan format Braille atau audio.
Memahami perbedaan ini membantu kita melihat bahwa masalah yang dihadapi Anak Berkebutuhan Khusus sering kali bukan hanya datang dari dalam diri mereka, tetapi juga dari lingkungan yang kurang aksesibel dan suportif.
Pengertian ABK Menurut Para Ahli di Indonesia
Para pakar di Indonesia telah merumuskan definisi ABK yang disesuaikan dengan konteks pendidikan dan sosial di dalam negeri. Berikut adalah beberapa definisi yang paling berpengaruh.
Menurut Sutjihati Somantri (2006)
Sutjihati Somantri, seorang tokoh Pendidikan Luar Biasa di Indonesia, mendefinisikan Anak Berkebutuhan Khusus (dalam konteks pendidikannya disebut Anak Luar Biasa) sebagai anak yang memiliki karakteristik yang berbeda secara signifikan dengan anak-anak pada umumnya, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus untuk dapat mengembangkan potensi mereka secara optimal.
Inti Definisi: Fokus utama dari definisi ini adalah adanya kebutuhan akan layanan pendidikan yang spesifik dan berbeda dari program standar agar potensi anak dapat berkembang.
Menurut Frieda Mangunsong (2009)
Dalam bukunya "Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus", Frieda Mangunsong menjelaskan bahwa ABK adalah anak yang menunjukkan penyimpangan yang signifikan (di bawah atau di atas rata-rata) dari anak normal pada umumnya dalam hal karakteristik mental, kemampuan sensorik, fisik dan neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, serta kemampuan berkomunikasi.
Inti Definisi: Definisi ini menekankan pada adanya penyimpangan yang signifikan dari norma dalam berbagai aspek perkembangan, baik itu kekurangan (misalnya tunagrahita) maupun kelebihan (misalnya anak berbakat).
Menurut Mulyono Abdurrahman (2010)
Mulyono Abdurrahman, yang banyak berfokus pada kesulitan belajar, secara implisit mendefinisikan ABK sebagai anak yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran dan pendidikan secara umum, sehingga memerlukan pendekatan dan layanan khusus. Ia secara spesifik membahas anak yang mengalami kesulitan belajar (learning disabilities).
Inti Definisi: Definisi ini lebih berorientasi pada kesulitan dalam bidang akademik atau belajar, yang memerlukan modifikasi dalam proses pembelajaran.
Pengertian ABK Menurut Para Ahli Internasional
Perspektif internasional memberikan cakupan yang lebih luas dan sering menjadi rujukan dalam pengembangan ilmu PLB di seluruh dunia.
Menurut William L. Heward (2013)
Dalam bukunya yang sangat berpengaruh, "Exceptional Children: An Introduction to Special Education", Heward mendefinisikan exceptional children (anak luar biasa/ABK) sebagai anak-anak yang berbeda dari anak rata-rata (normal) dalam dimensi-dimensi penting. Perbedaan ini harus sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan program pendidikan khusus dan layanan terkait untuk dapat mengembangkan potensi mereka secara penuh.
Inti Definisi: Penekanannya adalah pada perbedaan dari anak rata-rata yang menuntut adanya modifikasi tugas sekolah atau layanan pendidikan khusus.
Menurut Samuel A. Kirk & James J. Gallagher
Kirk dan Gallagher adalah pionir dalam bidang ini. Definisi klasik mereka menyatakan bahwa Anak Luar Biasa adalah anak yang menyimpang dari rata-rata atau anak normal dalam karakteristik mental, kemampuan sensorik, karakteristik fisik dan neuromotor, perilaku sosial, kemampuan komunikasi, atau dalam beberapa kombinasi dari hal-hal tersebut, sedemikian rupa sehingga ia memerlukan modifikasi praktik sekolah atau layanan pendidikan khusus.
Inti Definisi: Definisi ini merupakan salah satu yang paling komprehensif, mencakup berbagai aspek penyimpangan dari norma pertumbuhan dan perkembangan yang berimplikasi pada kebutuhan pendidikan khusus.
Menurut Hallahan & Kauffman
Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman, dalam karya mereka "Exceptional Learners: An Introduction to Special Education", mendefinisikan ABK sebagai mereka yang performa fisik, intelektual, atau emosionalnya sangat berbeda dari norma—baik lebih rendah maupun lebih tinggi—sehingga mereka memerlukan program pendidikan khusus atau layanan khusus agar dapat berkembang sesuai potensinya.
Inti Definisi: Kunci dari definisi ini adalah kebutuhan akan program pendidikan khusus sebagai jembatan bagi anak untuk mencapai potensi maksimalnya.
Klasifikasi dan Ragam Anak Berkebutuhan Khusus
- Tunanetra (Hambatan Penglihatan)
Individu yang mengalami gangguan daya penglihatan, mulai dari tingkat low vision (masih memiliki sisa penglihatan) hingga buta total. - Tunarungu (Hambatan Pendengaran)
Individu yang mengalami kehilangan fungsi pendengaran, baik sebagian maupun seluruhnya, yang menyebabkan kesulitan dalam komunikasi verbal. - Tunagrahita (Hambatan Intelektual)
Individu yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) secara signifikan di bawah rata-rata dan disertai dengan keterbatasan dalam keterampilan adaptif (kemandirian). - Tunadaksa (Hambatan Fisik/Motorik)
Individu yang mengalami kelainan atau cacat pada sistem otot, tulang, dan sendi yang dapat memengaruhi fungsi gerak tubuhnya. - Tunalaras (Hambatan Emosi dan Perilaku)
Individu yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan emosi dan mengontrol perilaku sosial, yang seringkali bertentangan dengan norma sosial dan budaya. - Kesulitan Belajar Spesifik
Individu dengan kecerdasan normal atau di atas normal namun mengalami kesulitan signifikan dalam satu atau lebih bidang akademik tertentu, seperti Disleksia (membaca), Diskalkulia (berhitung), dan Disgrafia (menulis). - Gangguan Spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder - ASD)
Gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan komunikasi, interaksi sosial, dan ditandai dengan adanya minat yang terbatas serta perilaku repetitif. - Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH/ADHD)
Gangguan neurobiologis yang ditandai dengan pola kesulitan memusatkan perhatian (inatensi), perilaku impulsif, dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan usia perkembangannya. - Anak Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa (CIBI)
Individu yang memiliki kemampuan intelektual atau bakat yang jauh di atas rata-rata anak seusianya, sehingga mereka juga memerlukan layanan pendidikan khusus agar potensinya tidak terhambat.
Landasan Hukum Pendidikan ABK di Indonesia
Pemahaman teoritis harus didukung oleh kerangka hukum yang kuat. Di Indonesia, payung hukum utama yang menjamin hak pendidikan bagi ABK adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif.
Peraturan ini menjadi tonggak sejarah penting karena secara tegas menyatakan bahwa setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan/atau sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu. Artinya, sekolah reguler (sekolah umum) tidak boleh menolak calon siswa hanya karena mereka adalah ABK. Peraturan ini menjadi landasan hukum ABK untuk mendapatkan akses pendidikan yang setara dan berkualitas di lingkungan belajar yang sama dengan teman sebayanya.
Model Layanan Pendidikan bagi ABK
- Pendidikan Segregasi (Sekolah Luar Biasa/SLB)
Ini adalah model pendidikan di mana ABK dikelompokkan dalam sekolah khusus yang terpisah dari sekolah reguler. Di SLB, semua siswa memiliki jenis kebutuhan khusus yang serupa (misalnya, SLB-A untuk tunanetra, SLB-B untuk tunarungu) dengan guru dan kurikulum yang telah dispesialisasi. - Pendidikan Terpadu/Integrasi
Dalam model ini, ABK belajar di sekolah reguler, namun sering kali ditempatkan dalam unit atau kelas khusus tersendiri untuk sebagian waktu belajar. Anak diharapkan dapat beradaptasi dengan sistem sekolah yang ada. Model ini merupakan jembatan antara segregasi dan inklusi. - Pendidikan Inklusi
Ini adalah model yang paling ideal menurut paradigma modern. Dalam pendidikan inklusif, ABK belajar di kelas yang sama dengan siswa reguler sepanjang hari. Bukan anak yang harus menyesuaikan diri dengan sistem, melainkan sistem sekolah yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan semua siswa, termasuk ABK, melalui modifikasi kurikulum, strategi pembelajaran, dan penyediaan Guru Pendamping Khusus (GPK).
Kesimpulan
Dari berbagai pemaparan di atas, jelaslah bahwa pengertian ABK menurut para ahli tidaklah tunggal, namun memiliki benang merah yang sama: adanya perbedaan signifikan dari anak pada umumnya yang berimplikasi pada kebutuhan akan layanan pendidikan khusus untuk mencapai potensi maksimal. Memahami konsep ini secara mendalam—mulai dari definisi para pakar, klasifikasi yang beragam, hingga landasan hukumnya—adalah langkah fundamental untuk menciptakan lingkungan yang suportif dan non-diskriminatif.
Bagi mahasiswa, pendidik, dan orang tua, pemahaman ini adalah modal utama untuk bergerak dari sekadar melihat keterbatasan menjadi fokus pada potensi. Identifikasi yang akurat dan intervensi dini yang tepat, didasarkan pada pemahaman yang benar, adalah kunci untuk membuka pintu masa depan yang cerah bagi setiap Anak Berkebutuhan Khusus, memastikan mereka tidak hanya diterima, tetapi juga diberdayakan.



Posting Komentar untuk "Pengertian ABK Menurut Para Ahli: Panduan Terlengkap 2025"