16+ Adab Membaca Al Quran yang Benar: Pengertian, Dalil, dan Keutamaannya
Al-Quran bukanlah sekadar buku. Ia adalah kalamullah, firman suci dari Sang Pencipta yang diturunkan sebagai cahaya petunjuk bagi seluruh umat manusia. Berinteraksi dengannya bukanlah seperti membaca tulisan biasa; ia adalah sebuah dialog sakral antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Oleh karena itu, diperlukan etika dan tata krama mulia yang disebut sebagai adab.
Secara ringkas, pengertian adab membaca Al Quran adalah seperangkat etika, tata cara, dan sikap batin yang harus dimiliki seorang Muslim ketika berinteraksi dengan kitab suci Al-Quran, yang mencerminkan pengagungan, penghormatan, dan kecintaan terhadap firman Allah SWT.Artikel ini akan menjadi panduan utama Anda untuk memahami setiap adab tersebut secara mendalam. Kita akan membahas tuntas mulai dari persiapan diri sebelum membaca, etika luhur saat membacanya, hingga adab mulia setelah selesai, semuanya diperkuat dengan dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits shahih.
Memahami Lebih Dalam: Pengertian Adab Membaca Al Quran
Untuk memahami esensinya, mari kita bedah makna dari frasa "adab membaca Al-Quran".
Secara bahasa (etimologi), kata "adab" (الأدب) dalam bahasa Arab berarti kesopanan, budi pekerti, tata krama, atau kehalusan akhlak. Ia merujuk pada perilaku terpuji yang lahir dari dalam diri seseorang.
Adapun secara istilah (terminologi), pengertian adab membaca Al Quran merujuk pada totalitas sikap, perilaku, dan kondisi hati seorang Muslim yang selaras dengan kemuliaan dan keagungan Al-Quran sebagai firman Allah. Ini mencakup adab lahiriah (tindakan fisik yang terlihat) dan adab batiniah (sikap hati yang tersembunyi).
Menjaga adab ini bukanlah sekadar formalitas, melainkan sebuah keharusan. Mengapa? Karena kita sedang berhadapan langsung dengan Kalam Ilahi. Sebagaimana kita bersikap sopan saat berbicara dengan orang yang kita hormati, maka adab kita kepada firman Allah haruslah berada di tingkat yang tertinggi. Inilah kunci untuk membuka pintu keberkahan, rahmat, dan hidayah dari setiap huruf yang kita baca.
Adab Sebelum Membaca Al-Quran: Persiapan Diri Menghadap Kalam Ilahi
-
1. Bersuci (Thaharah) dari Hadas Kecil dan Besar
Langkah pertama dan paling fundamental adalah memastikan diri dalam keadaan suci. Ini berarti berwudhu jika memiliki hadas kecil, dan mandi wajib jika memiliki hadas besar. Kesucian fisik adalah cerminan dari kesiapan kita untuk menerima wahyu yang suci.
Mengapa ini penting? Ini adalah bentuk penghormatan tertinggi kepada mushaf Al-Quran. Allah SWT sendiri menegaskan kemuliaan Al-Quran yang hanya boleh disentuh oleh mereka yang suci.
Dalil:
لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۗ
"Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan." (QS. Al-Waqi'ah: 79)
-
2. Memilih Waktu dan Tempat yang Terbaik
Carilah waktu di mana hati dan pikiran paling jernih, serta tempat yang layak untuk berinteraksi dengan Al-Quran. Waktu-waktu mustajab seperti sepertiga malam terakhir adalah momen yang sangat dianjurkan. Pilihlah tempat yang bersih, tenang, dan jauh dari kebisingan atau hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi, seperti masjid, mushala, atau sudut ruangan di rumah yang tenang.
Mengapa ini penting? Lingkungan yang kondusif membantu kita mencapai kekhusyukan dan fokus yang lebih dalam, sehingga proses Tadabbur (merenungkan makna) dapat berjalan maksimal.
Dalil: Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan membaca Al-Quran di malam hari:
"Barangsiapa yang shalat malam dengan membaca seratus ayat, maka tidak akan dicatat sebagai orang yang lalai." (HR. Al-Hakim, shahih)
-
3. Mengenakan Pakaian yang Suci, Bersih, dan Sopan
Meskipun tidak ada dalil khusus yang mewajibkan pakaian tertentu, adab mengajarkan kita untuk menghadap Allah dalam keadaan terbaik. Kenakanlah pakaian yang suci dari najis, bersih, rapi, dan menutup aurat dengan sempurna, seolah-olah kita sedang hendak melaksanakan shalat.
Mengapa ini penting? Ini adalah cerminan dari pengagungan kita. Kita sedang "bertemu" dengan Allah melalui firman-Nya, maka sudah selayaknya kita berpenampilan yang terbaik sebagai bentuk penghormatan.
-
4. Menghadap ke Arah Kiblat
Menghadapkan diri ke arah kiblat saat membaca Al-Quran adalah sunnah yang dianjurkan oleh para ulama. Kiblat adalah arah peribadatan utama bagi umat Islam.
Mengapa ini penting? Menghadap kiblat menyempurnakan suasana ibadah, menyatukan orientasi fisik dan spiritual kita, serta menumbuhkan perasaan bahwa kita sedang berada dalam sebuah majelis yang mulia bersama Allah SWT.
-
5. Membersihkan Mulut (Bersiwak atau Sikat Gigi)
Lisan yang akan melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran hendaknya berada dalam keadaan bersih dan wangi. Rasulullah SAW sangat menganjurkan penggunaan siwak.
Mengapa ini penting? Mulut adalah "jalan" keluarnya Kalamullah. Membersihkannya adalah bentuk pemuliaan terhadap ayat-ayat yang akan kita ucapkan.
Dalil: Rasulullah SAW bersabda:
"Siwak itu membersihkan mulut dan mendatangkan keridhaan Rabb." (HR. An-Nasa'i dan Ahmad, shahih)
Adab Ketika Membaca Al-Quran: Puncak Interaksi dengan Allah
Inilah momen inti, di mana lisan, hati, dan pikiran bersatu padu dalam lantunan ayat-ayat suci. Berikut adalah etika membaca Al-Quran yang harus diperhatikan.
-
6. Memulai dengan Ta'awudz dan Basmalah
Sebelum memulai bacaan, wajib hukumnya untuk membaca Ta'awudz (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ) sebagai permohonan perlindungan kepada Allah dari godaan setan. Kemudian, disunnahkan membaca Basmalah (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) di awal setiap surat, kecuali Surat At-Taubah.
Mengapa ini penting? Ta'awudz adalah benteng kita dari bisikan setan yang selalu berusaha memalingkan kita dari kekhusyukan dan pemahaman yang benar.
Dalil:
فَاِذَا قَرَأْتَ الْقُرْاٰنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ
"Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk." (QS. An-Nahl: 98)
-
7. Membaca dengan Tartil (Perlahan, Jelas, dan Sesuai Tajwid)
Tartil adalah membaca Al-Quran secara perlahan, tidak tergesa-gesa, dengan pelafalan huruf (makhraj) yang jelas, dan hukum bacaan (tajwid) yang benar.
Mengapa ini penting? Membaca dengan tartil membantu lisan untuk tidak salah ucap dan membantu hati untuk lebih mudah merenungkan maknanya. Inilah cara membaca yang diperintahkan langsung oleh Allah SWT.
Dalil:
اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
"...Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil)." (QS. Al-Muzzammil: 4)
-
8. Tadabbur: Merenungkan Makna Ayat yang Dibaca
Inilah ruh dan tujuan utama dari membaca Al-Quran. Tadabbur adalah proses merenungkan, menghayati, dan mencoba memahami pesan-pesan yang terkandung dalam setiap ayat. Berhentilah sejenak pada ayat-ayat tentang surga untuk berharap, pada ayat tentang neraka untuk memohon perlindungan, dan pada ayat perintah untuk berniat mengamalkannya.
Mengapa ini penting? Tanpa tadabbur, membaca Al-Quran hanya akan menjadi aktivitas lisan tanpa dampak pada hati dan perilaku. Al-Quran diturunkan untuk menjadi petunjuk, dan petunjuk itu hanya didapat melalui perenungan.
Dalil:
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka merenungkan ayat-ayatnya (tadabbur) dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shad: 29)
-
9. Memperindah Suara Tanpa Riya' (Pamer)
Memperindah suara saat membaca Al-Quran adalah sesuatu yang dianjurkan, selama niatnya ikhlas untuk mengagungkan Kalamullah dan bukan untuk pamer (riya') atau mencari pujian manusia.
Mengapa ini penting? Suara yang merdu dan indah dapat menambah kekhusyukan, baik bagi yang membaca maupun yang mendengarkan.
Dalil: Rasulullah SAW bersabda:
"Hiasilah Al-Quran dengan suaramu." (HR. Abu Dawud, An-Nasa'i)
-
10. Khusyuk dan Menghadirkan Hati Sepenuhnya
Khusyuk adalah kondisi di mana hati, pikiran, dan seluruh anggota tubuh tunduk dan fokus hanya kepada Allah. Jauhkan segala pikiran tentang urusan duniawi dan hadirkan hati sepenuhnya saat berinteraksi dengan Al-Quran.
Mengapa ini penting? Khusyuk adalah kunci diterimanya sebuah ibadah. Tanpa kehadiran hati, bacaan Al-Quran tidak akan meninggalkan bekas yang mendalam dalam jiwa.
-
11. Menangis karena Tergugah oleh Ayat-Ayat Al-Quran
Menangis karena takut akan azab Allah, atau karena merindukan rahmat-Nya saat membaca ayat-ayat-Nya adalah ciri orang-orang shalih dan salah satu puncak kekhusyukan. Jika tidak bisa menangis, maka berusahalah untuk menangis.
Mengapa ini penting? Tangisan ini bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda lembutnya hati dan dalamnya iman yang tergugah oleh keagungan firman Allah.
Dalil:
"Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk." (QS. Al-Isra': 109)
-
12. Tidak Memotong Bacaan untuk Urusan Duniawi yang Tidak Penting
Ketika sedang membaca Al-Quran, hendaknya kita tidak menyela atau memotongnya untuk berbicara tentang urusan dunia yang tidak darurat. Jaga kelangsungan dialog suci Anda dengan Allah.
Mengapa ini penting? Ini menunjukkan prioritas dan rasa hormat kita. Memotong bacaan untuk hal sepele seolah-olah meremehkan "percakapan" yang sedang berlangsung dengan Sang Pencipta.
-
13. Melakukan Sujud Tilawah saat Melewati Ayat Sajdah
Di dalam Al-Quran, terdapat 15 ayat yang disebut sebagai ayat Sajdah. Ketika membaca atau mendengar ayat-ayat ini, disunnahkan untuk langsung melakukan sujud satu kali (sujud tilawah).
Mengapa ini penting? Ini adalah bentuk ketundukan dan kepatuhan instan terhadap perintah Allah untuk bersujud.
Dalil: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: "Jika anak Adam membaca ayat sajdah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: 'Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga...'" (HR. Muslim)
Adab Sesudah Membaca Al-Quran: Menutup dengan Kesempurnaan
Setelah menyelesaikan interaksi yang indah, tutupilah dengan cara yang mulia pula.
-
14. Mengucapkan Tasdiq ("Shadaqallahul 'Adzim")
Setelah selesai membaca, ucapkanlah kalimat Tasdiq yang berarti "Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya yang agung". Ini adalah bentuk ikrar dan penegasan kita atas kebenaran mutlak Al-Quran.
Mengapa ini penting? Kalimat ini menjadi penutup yang manis, sebagai pengakuan seorang hamba atas keagungan dan kebenaran ucapan Rabb-nya.
-
15. Berdoa Setelah Selesai Membaca
Momen setelah selesai beribadah adalah waktu yang mustajab untuk berdoa. Panjatkanlah doa, memohon agar Al-Quran menjadi hujjah (pembela) bagi kita, bukan hujjah yang memberatkan kita. Salah satu doa yang masyhur adalah:
Allahummarhamni bil qur'an, waj'alhu lii imaaman wa nuuran wa hudan wa rohmah...
"Ya Allah, rahmatilah aku dengan Al-Quran. Jadikanlah ia sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagiku..."
-
16. Menutup dan Menyimpan Mushaf di Tempat yang Tinggi dan Mulia
Setelah selesai, tutuplah kembali mushaf Al-Quran dengan baik dan letakkan di tempat yang tinggi, bersih, dan terhormat. Jangan meletakkannya di lantai atau menumpuknya dengan buku-buku lain di bawahnya.
Mengapa ini penting? Ini adalah bentuk pemuliaan fisik terhadap mushaf sebagai simbol dari kemuliaan isi yang terkandung di dalamnya, bahkan setelah kita selesai membacanya.
Tingkatan Lebih Tinggi: Adab Batiniah Saat Membaca Al-Quran
Jika adab-adab di atas adalah "jasad" dari interaksi kita, maka adab batiniah ini adalah "ruh"-nya. Inilah yang membedakan antara pembaca yang sekadar melafalkan dengan pembaca yang hatinya hidup bersama Al-Quran.
1. Mengagungkan Kalamullah dalam Hati
Tanamkan dalam hati keyakinan penuh bahwa yang sedang Anda baca bukanlah kata-kata manusia, penyair, atau filsuf. Ini adalah firman langsung dari Penguasa langit dan bumi. Rasakan keagungan Dzat yang berfirman.
2. Membersihkan Hati dari Keraguan dan Penyakit Hati
Hati ibarat sebuah wadah. Jika wadah itu kotor oleh kesombongan, riya', hasad, atau keraguan, maka cahaya Al-Quran yang suci tidak akan bisa meresap dengan sempurna. Sucikan hati sebelum memulai.
3. Merasa Bahwa Setiap Ayat Ditujukan Kepadanya
Ketika membaca ayat perintah, rasakan seolah-olah Allah sedang memerintah langsung kepada Anda. Ketika membaca ayat larangan, rasakan itu sebagai peringatan untuk diri Anda. Ketika membaca kisah umat terdahulu, ambil pelajarannya untuk kehidupan Anda. Personalisasi setiap pesan Al-Quran, karena ia memang diturunkan untuk Anda.
Keutamaan Agung Menjaga Adab Membaca Al-Quran
Setiap usaha untuk memuliakan Al-Quran akan dibalas oleh Allah dengan keutamaan yang tidak terhingga. Di antaranya:
- Mendapatkan syafaat di hari kiamat: Al-Quran akan datang sebagai pembela bagi para sahabatnya (HR. Muslim).
- Mendatangkan ketenangan jiwa: Berinteraksi dengan Al-Quran adalah bentuk zikir terbaik yang menentramkan hati (QS. Ar-Ra'd: 28).
- Setiap huruf diganjar pahala berlipat: Satu huruf diganjar sepuluh kebaikan (HR. Tirmidzi).
- Mengangkat derajat seseorang: Allah akan mengangkat derajat kaum yang mengamalkan Al-Quran (HR. Muslim).
- Menjadi sebaik-baik manusia: "Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya." (HR. Bukhari).
Kesimpulan
Memahami pengertian adab membaca Al Quran dan mempraktikkannya adalah sebuah perjalanan untuk mentransformasi cara kita berinteraksi dengan kitab suci. Adab bukanlah sekadar aturan kaku, melainkan ekspresi cinta, pengagungan, dan kerinduan seorang hamba untuk terhubung dengan Penciptanya.
Dengan memadukan adab lahiriah yang tampak dan adab batiniah yang terasa di hati, bacaan Al-Quran kita tidak lagi menjadi rutinitas, melainkan menjadi sebuah momen spiritual yang mengisi ulang iman, menenangkan jiwa, dan menerangi jalan hidup kita.
Mari kita mulai hari ini. Muliakanlah Al-Quran dengan adab terbaik kita, maka insya Allah, Al-Quran akan memuliakan hidup kita di dunia dan di akhirat.
..012Z.png)
..743Z.png)

Posting Komentar untuk "16+ Adab Membaca Al Quran yang Benar: Pengertian, Dalil, dan Keutamaannya"