Panduan Terlengkap Menjaga Lisan Menurut Islam: Dalil, Manfaat, dan Caranya

Ilustrasi simbolis tentang pentingnya pengertian menjaga lisan dalam Islam, dengan gambaran kunci atau penutup mulut.

Lisan, organ kecil tak bertulang di dalam rongga mulut kita, memiliki kekuatan yang luar biasa. Ia ibarat pedang bermata dua: jika digunakan dengan baik, ia mampu menebarkan kebaikan, menuai pahala, dan mengantarkan pemiliknya ke surga. Namun jika salah digunakan, ia bisa menjadi senjata paling tajam yang melukai hati, merusak hubungan, menabur fitnah, dan akhirnya menjerumuskan pemiliknya ke dalam jurang neraka. Inilah mengapa pengertian menjaga lisan bukan sekadar etika, melainkan pilar utama dalam bangunan akhlak seorang Muslim.

Keselamatan seorang hamba sangat bergantung pada kemampuannya mengendalikan lisan. Banyak orang celaka bukan karena kurangnya ibadah ritual, melainkan karena lisannya yang tak terjaga. Sebaliknya, banyak orang meraih derajat mulia di sisi Allah SWT karena lisannya yang senantiasa basah oleh dzikir, nasihat yang baik, dan perkataan yang menyejukkan.

Artikel ini akan menjadi panduan terlengkap bagi Anda yang ingin memahami dan mengamalkan ajaran mulia ini. Kita akan mengupas tuntas mulai dari pengertian menjaga lisan secara mendalam, menelusuri dalil menjaga lisan dari Al-Qur'an dan Hadits, memahami keutamaan menjaga lisan yang luar biasa, mewaspadai bahaya tidak menjaga lisan, hingga mempelajari cara menjaga lisan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Memahami Pengertian Menjaga Lisan secara Mendalam

Untuk memahami konsep ini secara utuh, kita perlu melihatnya dari dua sisi: bahasa dan istilah syar'i. Istilah dalam bahasa Arab untuk menjaga lisan adalah Hifzhu al-Lisan.

  • Secara Bahasa (Etimologi):
    Hifzhu berarti menjaga, memelihara, melindungi, atau menahan. Sedangkan Al-Lisan berarti lidah atau bahasa/ucapan. Jadi secara harfiah, Hifzhu al-Lisan berarti menjaga atau memelihara lidah dan ucapan.
  • Secara Istilah (Syar'i):
    Makna pengertian menjaga lisan dalam konteks syariat Islam jauh lebih dalam. Ia berarti menahan lidah dari mengucapkan segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT (seperti ghibah, fitnah, namimah, dan dusta), yang makruh (seperti pembicaraan berlebihan yang tak berguna), dan bahkan dari perkara mubah yang tidak mendatangkan manfaat. Secara aktif, menjaga lisan juga berarti menggunakan organ ini untuk hal-hal yang mendatangkan keridhaan Allah, seperti berdzikir, membaca Al-Qur'an, beramar ma'ruf nahi munkar, memberikan nasihat yang baik, dan menyebarkan ilmu yang bermanfaat.

Perintah Menjaga Lisan dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an sebagai pedoman utama umat Islam memberikan banyak peringatan dan arahan tentang pentingnya menjaga lisan. Setiap kata yang terucap akan dicatat dan dimintai pertanggungjawaban. Berikut adalah beberapa dalil utamanya.

1. Q.S. Qaf Ayat 18: Setiap Ucapan Tercatat

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

Mā yalfiẓu min qaulin illā ladaihi raqībun ‘atīd.

Terjemahan: "Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)."

Penjelasan Singkat: Ayat ini adalah pengingat paling mendasar bahwa tidak ada satu pun kata yang luput dari pengawasan Allah SWT melalui malaikat-Nya, Raqib dan Atid. Kesadaran ini seharusnya menjadi rem pertama bagi kita sebelum berbicara. Apakah ucapan ini pantas dicatat sebagai amal baik atau justru akan menjadi saksi keburukan kita di hari kiamat?

2. Q.S. Al-Ahzab Ayat 70-71: Berkata Benar Memperbaiki Amalan

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ. يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa qūlụ qaulan sadīdā. Yuṣliḥ lakum a'mālakum wa yagfir lakum żunụbakum, wa may yuṭi'illāha wa rasụlahụ fa qad fāza fauzan 'aẓīmā.

Terjemahan: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah memperoleh kemenangan yang agung."

Penjelasan Singkat: Ayat ini menunjukkan hubungan sebab-akibat yang luar biasa. Allah menjanjikan dua hal bagi orang yang lisannya terbiasa mengucapkan qaulan sadida (perkataan yang benar, lurus, dan jujur): (1) amalan-amalan lainnya akan diperbaiki oleh Allah, dan (2) dosa-dosanya akan diampuni. Ini menunjukkan bahwa lisan yang baik adalah kunci terbukanya pintu kebaikan yang lain.

3. Q.S. Al-Hujurat Ayat 12: Larangan Keras Menggunjing (Ghibah)

...وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ...

...Wa lā yagtab ba'ḍukum ba'ḍā, a yuḥibbu aḥadukum ay ya`kula laḥma akhīhi maitan fa karihtumụh...

Terjemahan: "...Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya..."

Penjelasan Singkat: Ayat ini menggunakan analogi yang sangat kuat dan menjijikkan untuk menggambarkan dosa ghibah (menggunjing). Allah menyamakan perbuatan membicarakan keburukan orang lain di belakangnya dengan memakan bangkai saudara sendiri. Ini menunjukkan betapa hinanya perbuatan tersebut di mata Allah dan seharusnya menjadi pencegah yang sangat efektif bagi setiap Muslim.

Hadits-Hadits Shahih sebagai Pedoman Menjaga Lisan

Seorang Muslim sedang berdzikir menggunakan tasbih, salah satu cara menjaga lisan dengan ucapan yang baik.
Rasulullah SAW sebagai teladan terbaik memberikan banyak sekali wejangan dan peringatan tentang lisan. Berikut adalah beberapa hadits menjaga lisan yang paling fundamental.

1. Hadits Fondasi: Berkata Baik atau Diam

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Terjemahan: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan Singkat: Hadits ini adalah kaidah emas dalam menjaga lisan. Rasulullah SAW mengaitkan langsung antara kemampuan menjaga lisan dengan kesempurnaan iman kepada Allah dan hari akhir. Ini berarti, kualitas iman seseorang tercermin dari ucapannya. Pilihannya hanya dua: jika yang akan diucapkan adalah kebaikan, ucapkanlah. Jika tidak, maka diam adalah pilihan yang lebih selamat dan lebih baik.

2. Hadits Jaminan Surga

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

Terjemahan: "Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga." (HR. Tirmidzi)

Penjelasan Singkat: Sebuah jaminan yang luar biasa dari lisan mulia Rasulullah SAW. Surga, tujuan akhir setiap Muslim, dijanjikan bagi siapa saja yang mampu mengendalikan dua sumber fitnah terbesar pada diri manusia: lisan dan kemaluan. Ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan amalan menjaga lisan di sisi Allah.

3. Hadits Peringatan Keras dari Mu’adz bin Jabal

Dalam sebuah hadits yang panjang, Rasulullah SAW memberikan berbagai nasihat kepada sahabat Mu’adz bin Jabal. Di akhir nasihatnya, beliau memegang lisannya sendiri seraya bersabda, "Tahanlah ini (lisanmu)." Mu'adz bertanya, "Wahai Nabi Allah, apakah kita akan diazab karena apa yang kita ucapkan?" Nabi SAW menjawab:

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

Terjemahan: "Bukankah manusia tersungkur ke dalam neraka di atas wajah mereka atau di atas hidung mereka, tidak lain karena hasil (panen) dari lisan mereka?" (HR. Tirmidzi)

Penjelasan Singkat: Hadits ini memberikan peringatan yang sangat keras dan gamblang. Rasulullah SAW menegaskan bahwa penyebab utama yang menyeret manusia ke neraka adalah ucapan-ucapan buruk yang "dipanen" oleh lisan mereka selama di dunia. Ungkapan "lisan lebih tajam dari pedang" benar adanya, karena luka akibat pedang bisa sembuh, namun dosa akibat lisan bisa membawa pada kebinasaan abadi.

7+ Keutamaan dan Manfaat Luar Biasa dari Menjaga Lisan

Mengamalkan Hifzhu al-Lisan tidak hanya menghindarkan kita dari dosa, tetapi juga mendatangkan banyak sekali kebaikan dan manfaat. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Cerminan Iman yang Sempurna: Seperti dalam hadits "berkata baik atau diam", lisan yang terjaga adalah bukti nyata dari kualitas iman seseorang kepada Allah dan hari akhir.
  2. Mendapat Jaminan Surga dari Rasulullah SAW: Sebuah ganjaran tertinggi yang dijanjikan langsung oleh Nabi Muhammad SAW bagi mereka yang mampu menjaga lisan dan kemaluannya.
  3. Mengangkat Derajat dan Mendatangkan Ridha Allah: Sebuah kalimat thayyibah (kalimat yang baik) yang diucapkan bisa jadi mengantarkan seseorang pada ridha Allah hingga hari kiamat.
  4. Selamat dari Azab Neraka: Menahan lisan dari perkataan buruk adalah cara paling efektif untuk menghindari "panen" dosa yang dapat menyeret ke neraka, sebagaimana diperingatkan dalam hadits Mu'adz.
  5. Menjaga Keharmonisan dan Ukhuwah Islamiyah: Lisan yang terjaga akan mencegah timbulnya konflik, permusuhan, dan perpecahan di antara sesama Muslim. Ia membangun jembatan, bukan tembok.
  6. Mencegah Diri dari Dosa-Dosa Besar: Banyak dosa besar seperti ghibah, fitnah, dan sumpah palsu berawal dari lisan. Menjaganya berarti menutup pintu bagi dosa-dosa tersebut.
  7. Mendatangkan Ketenangan Hati dan Pikiran: Orang yang menjaga lisannya akan terhindar dari rasa bersalah, cemas, dan penyesalan setelah berbicara. Hatinya akan lebih tenang dan damai.
  8. Menjadi Pribadi yang Dipercaya dan Dihormati: Seseorang yang dikenal selalu berkata benar, baik, dan tidak suka membicarakan aib orang lain akan mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari lingkungannya.

Waspada! Ini 5 Bahaya Mengerikan Akibat Lisan yang Tak Terjaga

Ilustrasi kontras antara lisan yang buruk penyebab konflik dan lisan yang baik pembangun keharmonisan, cerminan dari pentingnya menjaga lisan.
Jika keutamaannya begitu besar, maka bahayanya pun tak kalah mengerikan. Lisan yang lepas kendali adalah sumber dari banyak malapetaka. Waspadai penyakit-penyakit lisan berikut:

Ghibah (Menggunjing): Memakan Bangkai Saudara Sendiri

Ghibah adalah menyebutkan sesuatu tentang saudaramu yang tidak ia sukai saat ia tidak ada di hadapanmu. Dosanya begitu besar hingga Al-Qur'an mengumpamakannya seperti memakan bangkai saudara sendiri. Ini adalah dosa yang sangat diremehkan padahal akibatnya sangat fatal.

Fitnah (Tuduhan Keji): Lebih Kejam dari Pembunuhan

Fitnah adalah menyebarkan tuduhan atau kabar bohong untuk mencelakakan atau menjelekkan orang lain. Dampaknya bisa merusak kehormatan, keluarga, bahkan kehidupan seseorang. Allah berfirman bahwa fitnah itu lebih besar (dosanya) daripada pembunuhan (Q.S. Al-Baqarah: 217).

Namimah (Adu Domba): Perusak Hubungan Manusia

Namimah adalah memindahkan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk merusak hubungan di antara keduanya. Pelaku namimah tidak akan masuk surga, sebagaimana sabda Nabi SAW. Perbuatan ini adalah biang keladi permusuhan dan perpecahan.

Dusta dan Sumpah Palsu: Pintu Segala Keburukan

Dusta adalah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Ia adalah induk dari segala keburukan. Sekali berbohong, seseorang akan cenderung berbohong lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Puncaknya adalah sumpah palsu, yang merupakan salah satu dosa besar yang paling dibenci Allah.

Mencela, Melaknat, dan Berkata Kasar: Menghancurkan Pahala

Seorang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, melaknat, berkata keji, ataupun berkata kotor. Ucapan-ucapan semacam ini tidak hanya menyakiti hati orang lain, tetapi juga dapat menghanguskan pahala amal kebaikan yang telah dikumpulkan.

5 Cara Praktis Melatih Diri Menjaga Lisan Sehari-hari

Memahami teori adalah langkah awal, namun mengamalkannya adalah inti dari segalanya. Berikut adalah beberapa cara menjaga lisan yang bisa kita latih setiap hari:

  1. Terapkan Prinsip "Berpikir Sebelum Berbicara"
    Sebelum kata keluar dari mulut, biasakan untuk menyaringnya dengan tiga pertanyaan: (1) Apakah ini benar? (2) Apakah ini bermanfaat? (3) Apakah ini akan menyakiti seseorang? Jika salah satu jawabannya "tidak", maka lebih baik diam.
  2. Perbanyak Diam dan Dzikir
    Sadarilah bahwa diam seringkali lebih selamat. Ganti kebiasaan mengobrol yang sia-sia dengan memperbanyak dzikrullah (mengingat Allah) seperti tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan istighfar. Jadikan lisan kita basah karena mengingat-Nya, bukan karena menggunjing ciptaan-Nya.
  3. Pilih Lingkungan dan Teman yang Baik
    Lingkungan sangat mempengaruhi kebiasaan kita. Hindari majelis, grup, atau forum yang isinya hanya membicarakan keburukan orang lain. Carilah teman-teman shalih yang mengingatkan kita pada kebaikan dan yang pembicaraannya bermanfaat.
  4. Selalu Ingat Pengawasan Malaikat
    Jadikan Q.S. Qaf ayat 18 sebagai pengingat abadi. Bayangkan bahwa di kanan dan kiri kita selalu ada malaikat yang siap dengan "pena"-nya untuk mencatat setiap huruf yang keluar. Kesadaran ini akan menjadi rem yang sangat kuat.
  5. Segera Beristighfar dan Minta Maaf
    Manusia tidak luput dari kesalahan. Jika kita terlanjur salah bicara, menyakiti hati orang, atau melakukan ghibah, segeralah bertaubat kepada Allah dengan istighfar. Jika berkaitan dengan hak orang lain, jangan ragu dan jangan gengsi untuk segera meminta maaf kepadanya.

Kesimpulan

Pada hakikatnya, pengertian menjaga lisan adalah sebuah bentuk jihad melawan hawa nafsu yang berkelanjutan. Ia adalah cerminan dari kedalaman iman, kunci keselamatan manusia, dan penentu nasib kita di akhirat. Lisan kita adalah aset yang Allah titipkan; ia bisa menjadi ladang pahala yang tak terputus atau justru menjadi penyebab kebinasaan kita. Dalil-dalil dari Al-Qur'an dan hadits telah dengan sangat jelas memaparkan betapa besar keutamaan menjaganya dan betapa mengerikan bahaya jika mengabaikannya.

Pilihan ada di tangan kita. Apakah kita akan menggunakan lisan untuk membangun istana di surga dengan dzikir, tilawah, dan perkataan yang baik? Ataukah kita membiarkannya lepas kendali, menghancurkan amal, dan menyalakan api neraka dengan ghibah, fitnah, dan dusta?

Marilah kita bersama-sama berikhtiar untuk menjadikan lisan kita sebagai sumber pahala, bukan sumber bencana. Mulailah dari sekarang, mulailah dari diri sendiri. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing lisan kita untuk selalu berada di jalan yang diridhai-Nya. Aamiin.

Posting Komentar untuk "Panduan Terlengkap Menjaga Lisan Menurut Islam: Dalil, Manfaat, dan Caranya"