Pengertian Al-Qur'an Menurut Para Ahli (Lengkap: Bahasa, Istilah & Ulama Tafsir)
Al-Qur'an adalah jantung peradaban Islam dan sumber utama ajaran agamanya. Sebagai kitab suci umat Islam, ia bukan sekadar kumpulan teks, melainkan firman Allah SWT yang menjadi petunjuk abadi bagi seluruh umat manusia. Bagi setiap Muslim, memahami esensi Al-Qur'an adalah langkah fundamental untuk dapat menghayati pesan-pesan ilahiah yang terkandung di dalamnya. Namun, apa sebenarnya makna "Al-Qur'an" itu sendiri?
Memahami pengertian Al-Qur'an menurut para ahli bukanlah sekadar latihan akademis, melainkan sebuah gerbang untuk membuka wawasan yang lebih dalam. Definisi yang mereka tawarkan, baik dari segi bahasa maupun istilah, membantu kita mengapresiasi keagungan, keotentikan, dan kemukjizatan kitab suci ini. Artikel ini akan mengupas tuntas definisi Al-Qur'an, mulai dari akar katanya dalam bahasa Arab, definisi terminologis yang disepakati, hingga pandangan mendalam dari lebih dari sepuluh ulama tafsir terkemuka, dari era klasik hingga modern.
Memahami Makna Dasar: Pengertian Al-Qur'an Secara Bahasa (Etimologi)
Kata qara'a memiliki arti dasar "membaca" atau "mengumpulkan huruf dan kata". Bentuk qur'anan adalah mashdar (kata dasar atau infinitif) dari kata kerja tersebut, yang secara harfiah berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang".
Pendapat ini didukung oleh banyak ahli bahasa Arab klasik. Salah satunya adalah Al-Lihyani, seorang ahli tata bahasa Arab, yang menyatakan bahwa kata "Al-Qur'an" pada dasarnya adalah sinonim dari kata "Al-Qira'ah" (القراءة), yang artinya adalah "bacaan". Makna ini juga diperkuat oleh firman Allah SWT dalam Surah Al-Qiyamah ayat 17-18:
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُۥ وَقُرْءَانَهُۥ فَإِذَا قَرَأْنَٰهُ فَٱتَّبِعْ قُرْءَانَهُۥ
Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu." (QS. Al-Qiyamah: 17-18)
Dari sini, kita dapat melihat bahwa nama "Al-Qur'an" itu sendiri sudah menyiratkan perintah dan esensinya sebagai sebuah kitab yang harus senantiasa dibaca, dipelajari, dan direnungkan oleh umat manusia.
Definisi Universal: Pengertian Al-Qur'an Secara Istilah (Terminologi)
Meskipun redaksinya bisa sedikit berbeda antara satu ulama dengan yang lain, definisi yang paling umum dan disepakati (mu'arraf) adalah:
"Kalamullah (Firman Allah SWT) yang merupakan mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril, diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya dinilai sebagai ibadah, yang dimulai dari Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Nas."
Definisi komprehensif ini dapat kita pecah menjadi beberapa poin kunci agar lebih mudah dipahami:
- Kalamullah (كلام الله): Al-Qur'an adalah firman Allah yang sesungguhnya, baik lafaz maupun maknanya. Ini menegaskan bahwa Al-Qur'an bukanlah karangan Nabi Muhammad SAW, bukan pula hasil renungan para sahabatnya, melainkan murni berasal dari Allah SWT.
- Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW: Wahyu ini secara spesifik diturunkan kepada nabi dan rasul terakhir, Muhammad bin Abdullah SAW, untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Hal ini membedakannya dari kitab-kitab suci sebelumnya seperti Taurat (Nabi Musa AS) atau Injil (Nabi Isa AS).
- Melalui Perantaraan Malaikat Jibril: Proses penurunan wahyu ini terjadi melalui malaikat Jibril AS, sang pembawa wahyu (Ruhul Amin), yang menyampaikannya secara langsung ke dalam hati dan lisan Nabi Muhammad SAW.
- Diriwayatkan Secara Mutawatir: Al-Qur'an disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya oleh sejumlah besar perawi di setiap tingkatan, yang secara akal mustahil mereka semua bersekongkol untuk berdusta. Status mutawatir ini menjamin keaslian dan keotentikan Al-Qur'an hingga hari kiamat.
- Membacanya Dinilai Ibadah (المتعبد بتلاوته): Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur'an mendatangkan pahala dan dianggap sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Karakteristik ini tidak dimiliki oleh Hadits Qudsi sekalipun.
- Dimulai dari Al-Fatihah dan Diakhiri An-Nas: Definisi ini juga mencakup batasan fisik Al-Qur'an yang kita kenal dalam bentuk mushaf, yaitu kumpulan wahyu yang tersusun dari surah pembuka (Al-Fatihah) hingga surah penutup (An-Nas).
- Merupakan Mukjizat (المعجز): Mukjizat Al-Qur'an yang terbesar terletak pada keindahan bahasa, susunan sastra, kebenaran ilmiah, dan ketidakmampuan siapapun—baik jin maupun manusia—untuk membuat tandingan yang setara dengannya, bahkan satu surah sekalipun.
Pandangan Para Cendekiawan Islam: 10+ Definisi Al-Qur'an Menurut Para Ahli
Bagian ini adalah inti dari pembahasan kita. Para ulama dari berbagai disiplin ilmu, seperti tafsir, fiqih, dan ushul fiqih, memberikan definisi yang saling melengkapi, masing-masing dengan penekanan yang unik. Berikut adalah pandangan ulama tentang Al-Qur'an.
1. Menurut Dr. Subhi as-Salih
Seorang pakar studi Al-Qur'an modern dari Lebanon, Dr. Subhi as-Salih, dalam kitabnya Mabahits fi 'Ulum al-Qur'an, memberikan definisi yang sangat rinci.
"Al-Qur'an adalah Kalamullah yang merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf-mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah."
Ulasan: Definisi ini sangat padat dan teknis, mencakup semua elemen kunci dari definisi terminologis. Penambahan frasa "tertulis dalam mushaf-mushaf" menegaskan bentuk fisik Al-Qur'an yang kita kenal saat ini.
2. Menurut Syaikh Muhammad Khudari Beik
Sejarawan dan ahli hukum Islam asal Mesir, Syaikh Muhammad Khudari Beik, dalam kitabnya Tarikh at-Tasyri' al-Islami, menekankan pada aspek bahasa.
"Al-Qur'an adalah lafaz (firman) yang berbahasa Arab, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk dipahami isinya dan untuk diingat selalu, yang disampaikan dengan jalan mutawatir, yang ditulis dalam mushaf, yang dimulai dari Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Nas."
Ulasan: Syaikh Khudari Beik secara eksplisit menyebutkan "lafaz yang berbahasa Arab", menyoroti bahwa keaslian dan kemukjizatan Al-Qur'an terikat pada bahasa Arab aslinya.
3. Menurut Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni
Ahli tafsir kontemporer terkemuka, Syaikh Muhammad Ali ash-Shabuni, dalam magnum opusnya At-Tibyan fi 'Ulum al-Qur'an, memberikan definisi yang sering dikutip.
"Al-Qur'an adalah Firman Allah yang tiada tandingannya (mukjizat), diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, Muhammad SAW, dengan perantaraan Malaikat Jibril AS, tertulis pada mushaf-mushaf yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir, serta membacanya merupakan suatu ibadah."
Ulasan: Definisi dari Ash-Shabuni sangat jelas dan komprehensif. Penekanannya pada "penutup para Nabi dan Rasul" menggarisbawahi posisi Al-Qur'an sebagai wahyu final.
4. Menurut Manna' al-Qaththan
Salah satu referensi utama dalam studi Al-Qur'an, Manna' al-Qaththan, dalam kitabnya Mabahits fi 'Ulum al-Qur'an, mendefinisikannya sebagai berikut:
"Al-Qur'an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad SAW dan membacanya adalah suatu ibadah."
Ulasan: Meskipun terlihat sangat singkat, definisi Manna' al-Qaththan ini dianggap sudah mencakup esensi utama. Dalam penjelasannya, beliau merinci bahwa "Kalamullah" mengecualikan semua ucapan manusia, "diturunkan kepada Muhammad SAW" mengecualikan kitab suci lain, dan "membacanya adalah ibadah" mengecualikan Hadits Qudsi.
5. Menurut M. Quraish Shihab
Cendekiawan dan mufasir terkemuka Indonesia, M. Quraish Shihab, sering menekankan aspek fungsional Al-Qur'an.
"Nama Al-Qur'an adalah nama yang paling populer dan paling sering disebut oleh Allah sendiri. Nama ini mengisyaratkan fungsinya sebagai 'bacaan' yang sempurna dan mulia. Ia adalah firman-firman Allah SWT yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia."
Ulasan: Quraish Shihab menyoroti bahwa nama "Al-Qur'an" itu sendiri adalah pilihan ilahi. Beliau menekankan fungsinya sebagai hudan (petunjuk), yang merupakan tujuan utama diturunkannya kitab suci ini.
6. Menurut Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas
Mantan Ketua PP Muhammadiyah dan seorang ulama Indonesia, Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, memberikan definisi yang mudah dipahami.
"Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir, dalam bahasa Arab, melalui Malaikat Jibril, untuk disampaikan kepada seluruh manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup."
Ulasan: Definisi ini sangat edukatif dan fungsional, menekankan peran Al-Qur'an sebagai "pedoman hidup" bagi "seluruh manusia", bukan hanya untuk umat Islam.
7. Menurut Syekh Muhammad Abduh
Seorang pemikir modernis Islam dari Mesir, Syekh Muhammad Abduh, melihat Al-Qur'an sebagai berikut:
"Al-Kitab (Al-Qur'an) adalah satu-satunya kitab bacaan yang dibaca oleh kaum Muslimin di dalam salat mereka dan di luar salat sebagai suatu ibadah. Ia adalah lafaz-lafaz yang dinukilkan dan tercatat dalam mushaf."
Ulasan: Muhammad Abduh menyoroti aspek praktis dan ritual Al-Qur'an, yaitu perannya yang sentral dalam ibadah shalat dan statusnya sebagai bacaan ibadah di setiap waktu.
8. Menurut Imam As-Suyuthi
Ulama ensiklopedis dari abad pertengahan, Imam Jalaluddin As-Suyuthi, dalam kitabnya Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an, merangkum pandangan ulama sebelumnya.
"Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menantang (untuk ditandingi) dengan suratnya yang terpendek sekalipun."
Ulasan: Imam As-Suyuthi memberikan penekanan yang sangat kuat pada aspek I'jaz (kemukjizatan) Al-Qur'an, bahkan hingga ke unit terkecilnya yaitu satu surah pendek.
9. Menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy
Ulama besar asal Aceh dan ahli fiqih Indonesia, T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, mendefinisikannya dalam bukunya Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur'an/Tafsir.
"Al-Qur'an ialah kalam Allah yang qadim (azali), yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafaz dan maknanya, tertulis di antara dua ujung mushaf, dinukilkan secara mutawatir, dan menjadi hujah (argumen) bagi kenabian Muhammad SAW."
Ulasan: Hasbi Ash-Shiddieqy menambahkan unsur "qadim" (azali) untuk sifat Kalamullah dan "menjadi hujah bagi kenabian", yang menegaskan fungsi Al-Qur'an sebagai bukti kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW.
10. Menurut Syekh Abdul 'Azhim az-Zarqani
Pakar 'Ulumul Qur'an lainnya, Syekh Az-Zarqani, dalam kitabnya Manahil al-'Irfan fi 'Ulum al-Qur'an, memberikan definisi yang sangat presisi.
"Al-Qur'an adalah lafaz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dari awal Surat Al-Fatihah sampai akhir Surat An-Nas."
Ulasan: Definisi ini, seperti Manna' al-Qaththan, terlihat singkat namun padat. Dalam penjelasannya, beliau merinci bahwa setiap kata dalam definisi tersebut memiliki batasan yang mengecualikan hal-hal lain yang bukan Al-Qur'an.
Benang Merah dari Berbagai Definisi: Apa Saja Unsur Pokok Al-Qur'an?
Meskipun redaksi dan penekanan dari para ahli di atas bervariasi, kita dapat menarik sebuah benang merah yang menunjukkan adanya konsensus (ijma') mengenai unsur-unsur pokok yang mendefinisikan Al-Qur'an. Unsur-unsur ini adalah pilar yang membedakan Al-Qur'an dari segala jenis tulisan atau wahyu lainnya.
- Sumber Ilahiah (Kalamullah): Semua sepakat bahwa Al-Qur'an murni firman Allah, bukan ciptaan makhluk. Ini adalah fondasi keimanan terhadap Al-Qur'an.
- Penerima Wahyu (Nabi Muhammad SAW): Al-Qur'an secara eksklusif diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, menjadikannya risalah penutup.
- Keaslian Terjaga (Mutawatir): Transmisi Al-Qur'an yang mutawatir adalah jaminan historis dan teologis atas otentisitasnya. Mustahil ribuan orang di setiap generasi berbohong atas teks yang sama.
- Sifat Kemukjizatan (I'jaz): Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW yang sifatnya abadi. Kemukjizatannya terletak pada aspek bahasa, isi, dan pengaruhnya yang tak tertandingi.
- Nilai Ibadah (Ta'abbudi): Berinteraksi dengan Al-Qur'an melalui bacaan adalah sebuah ibadah yang bernilai pahala, suatu kekhususan yang tidak dimiliki teks lain.
Kekayaan Nama: 20+ Nama Lain Al-Qur'an dan Maknanya
Nama Lain | Tulisan Arab | Arti / Makna Singkat |
---|---|---|
Al-Kitab | الْكِتَاب | Buku atau Kitab yang tertulis. |
Al-Furqan | الْفُرْقَان | Pembeda antara yang hak dan yang batil. |
Adz-Dzikr | الذِّكْر | Peringatan atau Pengingat. |
At-Tanzil | التَّنْزِيل | Sesuatu yang diturunkan (dari Allah). |
Asy-Syifa | الشِّفَاء | Obat atau Penyembuh (bagi penyakit hati). |
Al-Huda | الْهُدَى | Petunjuk. |
An-Nur | النُّور | Cahaya yang menerangi. |
Ar-Rahmah | الرَّحْمَة | Rahmat atau Kasih Sayang. |
Al-Mau'izah | الْمَوْعِظَة | Nasihat atau Pelajaran. |
Al-Hukm | الْحُكْم | Hukum atau Peraturan. |
Al-Hikmah | الْحِكْمَة | Kebijaksanaan. |
Al-Bayan | الْبَيَان | Penjelasan yang gamblang. |
Al-Burhan | الْبُرْهَان | Bukti yang nyata. |
Al-Haqq | الْحَقّ | Kebenaran. |
Al-Mubin | الْمُبِين | Yang Menjelaskan. |
Al-Karim | الْكَرِيم | Yang Mulia. |
Al-'Azim | الْعَظِيم | Yang Agung. |
Al-Majid | الْمَجِيد | Yang Terhormat. |
Al-Mubarak | الْمُبَارَك | Yang Diberkahi. |
Al-Bashair | الْبَصَائِر | Pandangan-pandangan atau Bukti-bukti nyata. |
FAQ - Pertanyaan yang Sering Diajukan Seputar Definisi Al-Qur'an
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering muncul terkait pemahaman dasar tentang Al-Qur'an.
1. Apa perbedaan mendasar antara Al-Qur'an dan Hadits Qudsi?
Perbedaan utamanya terletak pada lafaz (redaksi) dan statusnya. Al-Qur'an adalah firman Allah, baik makna maupun lafaznya (lafzhan wa ma'nan), dan ia merupakan mukjizat. Sedangkan Hadits Qudsi, maknanya dari Allah, namun lafaznya diungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW (ma'nan minallah, lafzhan min an-nabi). Selain itu, membaca Al-Qur'an adalah ibadah, sedangkan membaca Hadits Qudsi tidak dihukumi demikian, dan Al-Qur'an dibaca dalam shalat, sementara Hadits Qudsi tidak.
2. Mengapa membaca Al-Qur'an dinilai sebagai ibadah?
Membaca Al-Qur'an dinilai sebagai ibadah karena ia adalah perintah langsung dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Ini adalah bentuk interaksi langsung dengan Kalamullah. Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur'an akan diganjar dengan satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Status ta'abbudi (bernilai ibadah) ini adalah kekhususan yang Allah berikan hanya untuk Al-Qur'an.
3. Apakah terjemahan Al-Qur'an bisa disebut Al-Qur'an juga?
Tidak. Terjemahan Al-Qur'an tidak bisa disebut sebagai Al-Qur'an. Ia lebih tepat disebut sebagai "terjemahan makna Al-Qur'an" (tarjamah ma'ani al-Qur'an). Al-Qur'an yang asli adalah yang berbahasa Arab, karena di sanalah letak kemukjizatannya (i'jaz). Terjemahan adalah hasil pemahaman dan interpretasi manusia yang bisa mengandung kekurangan dan tidak memiliki keistimewaan seperti status ibadah saat dibaca atau keharusan bersuci saat menyentuhnya.
Kesimpulan
Memahami pengertian Al-Qur'an menurut para ahli membawa kita pada sebuah kesadaran yang mendalam tentang kedudukan kitab suci ini. Dari makna etimologisnya sebagai "bacaan" hingga definisi terminologis yang kokoh, setiap elemen menegaskan keagungan, keaslian, dan kemukjizatan Al-Qur'an. Pandangan para ulama, dari klasik hingga kontemporer, memperkaya pemahaman kita dan menunjukkan adanya konsensus yang kuat mengenai hakikat Al-Qur'an sebagai Kalamullah yang abadi.
Definisi bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, melainkan pintu gerbang. Dengan memahami secara komprehensif apa itu Al-Qur'an, kita membuka pintu untuk berinteraksi dengannya secara lebih bermakna. Kita akan membacanya bukan lagi sekadar sebagai teks, melainkan sebagai firman dari Sang Pencipta, sebuah petunjuk yang sempurna, obat bagi jiwa, dan cahaya yang menerangi jalan kehidupan.
Pada akhirnya, mengenal Al-Qur'an secara definitif adalah langkah awal untuk mencintainya, dan mencintainya adalah kunci untuk mengamalkan ajaran-ajarannya dalam setiap helaan napas. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk menjadi ahlul Qur'an, para pencinta Al-Qur'an sejati.
Posting Komentar untuk "Pengertian Al-Qur'an Menurut Para Ahli (Lengkap: Bahasa, Istilah & Ulama Tafsir)"