Pengertian Aswaja Menurut Bahasa dan Istilah (Super Lengkap!)

Memahami pengertian Aswaja menurut bahasa dan istilah adalah langkah fundamental untuk mendalami ajaran Islam yang dianut oleh mayoritas umat Muslim di seluruh dunia. Artikel ini akan mengupas tuntas setiap aspek dari definisi Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja), mulai dari akar katanya hingga penjabarannya dalam kerangka berpikir (manhaj) yang utuh. Dengan pemahaman yang benar, kita dapat melihat mengapa Aswaja menjadi jalan tengah yang kokoh dan relevan sepanjang zaman. Lantas, apa itu Aswaja secara hakiki? Mari kita bedah bersama.

Kaligrafi Arab Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai representasi visual dari pengertian Aswaja.

Pengertian Aswaja Menurut Bahasa (Etimologi)

Sebelum menyelami makna istilahnya, sangat penting untuk memahami fondasi bahasanya. Istilah "Aswaja" sendiri merupakan sebuah akronim atau singkatan populer di Indonesia untuk frasa Arab Ahlussunnah wal Jama'ah (أهل السنة والجماعة). Untuk mendapatkan gambaran yang utuh, kita perlu memecah frasa ini menjadi tiga kata kunci: Ahlun, As-Sunnah, dan Al-Jama'ah.

Makna Kata "Ahlun" (أهل)

Kata Ahlun (أهل) dalam bahasa Arab secara harfiah berarti "keluarga", "golongan", "pemilik", atau "pengikut". Kata ini menunjukkan adanya sebuah ikatan atau hubungan erat dengan sesuatu. Sebagai contoh, kita mengenal istilah Ahlul Bait yang berarti "keluarga rumah" (keluarga Nabi Muhammad SAW) atau Ahlul Kitab yang berarti "golongan pemilik kitab suci" (Yahudi dan Nasrani). Dalam konteks Ahlussunnah wal Jama'ah, kata Ahlun berarti golongan atau para pengikut yang setia.

Makna Kata "As-Sunnah" (السنة)

Kata As-Sunnah (السنة) secara bahasa berarti "jalan", "cara", "tradisi", atau "metode". Dalam terminologi Islam, makna As-Sunnah merujuk secara spesifik pada segala sesuatu yang diajarkan, diucapkan, dilakukan, dan disetujui oleh Nabi Muhammad SAW. Ini mencakup seluruh aspek kehidupan, baik dalam hal akidah (keyakinan), ibadah (ritual), muamalah (interaksi sosial), maupun akhlak (moral). As-Sunnah adalah jalan hidup Rasulullah SAW yang menjadi teladan utama bagi seluruh umat Islam.

Makna Kata "Al-Jama'ah" (الجماعة)

Kata Al-Jama'ah (الجماعة) secara bahasa berarti "kumpulan", "kelompok", atau "golongan besar". Namun, makna Al-Jama'ah dalam konteks ini tidak merujuk pada sembarang kelompok. Yang dimaksud secara spesifik adalah jama'ah para Sahabat Nabi radhiyallahu 'anhum, yaitu generasi terbaik umat ini yang belajar Islam langsung dari Rasulullah SAW. Makna ini kemudian meluas kepada generasi setelah mereka yang mengikuti jejak mereka dengan lurus dan setia, yaitu Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in. Golongan inilah yang disebut sebagai Salafus Shalih (para pendahulu yang saleh).

Dengan menggabungkan ketiga makna tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa definisi Ahlussunnah wal Jama'ah secara bahasa adalah "golongan yang setia mengikuti jalan hidup (sunnah) Nabi Muhammad SAW dan jalan hidup para sahabatnya (jama'ah)".

Infografis yang menjelaskan pengertian Aswaja menurut bahasa, memecah kata Ahlun, As-Sunnah, dan Al-Jama'ah.

Pengertian Aswaja Menurut Istilah (Terminologi)

Secara istilah (terminologi), Ahlussunnah wal Jama'ah adalah golongan mayoritas umat Islam yang memiliki metode berpikir dan beragama (manhaj) yang secara konsisten berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman dan praktik generasi Salafus Shalih (para Sahabat, Tabi'in, dan Tabi'ut Tabi'in).

Eksistensi golongan ini telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis masyhur tentang perpecahan umat:

"Umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan." Para sahabat bertanya, "Siapakah mereka, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Mereka adalah Al-Jama'ah." (Dalam riwayat lain: "Mereka adalah golongan yang mengikuti jalanku dan jalan para sahabatku.")

– (HR. Tirmidzi)

Para ulama besar telah memberikan definisi yang memperjelas identitas Aswaja. Di antara definisi tersebut adalah:

"Adapun Ahlussunnah wal Jama'ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis, dan ahli fikih. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada sunnah Nabi SAW dan sunnah para Khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah an-najiyah)... di bidang fikih mereka mengikuti salah satu dari empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali). Di bidang akidah, mereka mengikuti Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Dan di bidang tasawuf, mereka mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali."

Definisi dari Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari ini secara gamblang menjelaskan manhaj Aswaja yang dianut oleh NU dan mayoritas Muslim di Indonesia. [Sumber: NU Online]

Beliau mendefinisikan Aswaja sebagai kelompok yang berpegang teguh pada "apa yang diriwayatkan dari para sahabat, tabi'in, dan para imam ahli hadis. Kami berpegang teguh pada hal tersebut, serta berpegang pada Kitabullah (Al-Qur'an), Sunnah Nabi-Nya, dan apa yang diriwayatkan dari para sahabat, tabi'in, dan para imam ahli hadis."

Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik benang merah bahwa pilar-pilar Aswaja tegak di atas tiga fondasi keilmuan utama:

Pilar Akidah: Mengikuti rumusan akidah Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi.

Kedua imam ini bukanlah pencipta akidah baru. Mereka adalah para ulama yang berjasa besar dalam merumuskan, mensistematisasi, dan membela akidah yang diyakini oleh Rasulullah dan para sahabatnya dengan menggunakan argumentasi yang logis (aqli) untuk menjawab tantangan pemikiran pada zaman mereka.

Pilar Fikih (Syariat): Mengikuti salah satu dari empat mazhab fikih yang mu'tabar (diakui).

Aswaja meyakini bahwa untuk memahami hukum-hukum syariat dari Al-Qur'an dan Hadis, diperlukan metodologi yang jelas (ushul fiqh). Para Imam Mazhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal) adalah para mujtahid mutlak yang telah merumuskan metodologi tersebut. Mengikuti salah satu dari mereka adalah cara teraman untuk menjalankan syariat. [Baca Juga: Mengenal 4 Imam Mazhab dalam Islam]

Pilar Tasawuf (Akhlak): Mengikuti ajaran tasawuf yang moderat dan sesuai syariat.

Aswaja memandang pentingnya penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan perbaikan akhlak. Jalan ini ditempuh melalui tasawuf yang sejalan dengan Al-Qur'an dan Sunnah, sebagaimana yang dirumuskan dan dicontohkan oleh para sufi besar seperti Imam al-Junaid al-Baghdadi dan diuraikan secara sistematis oleh Imam al-Ghazali.

Karakteristik Utama Paham Aswaja

Ilustrasi timbangan yang seimbang melambangkan karakteristik Aswaja yaitu Tawassuth dan Tawazun (moderat dan seimbang).
Selain pilar-pilar di atas, karakteristik Aswaja yang paling menonjol adalah prinsip moderasi dan keseimbangan. Ciri khas inilah yang menjadikannya sebagai paham yang sejuk, inklusif, dan mampu bertahan di segala zaman. Beberapa karakteristik utamanya adalah:
  • Tawassuth (Moderat): Selalu mengambil jalan tengah, tidak terjebak dalam pemikiran ekstrem kanan (tekstualis-kaku) maupun ekstrem kiri (liberal-bebas).
  • Tawazun (Seimbang): Mampu menjaga keseimbangan dalam berbagai aspek, seperti antara penggunaan dalil naqli (teks wahyu) dan dalil aqli (logika akal), serta antara urusan duniawi dan ukhrawi.
  • Tasamuh (Toleran): Menghargai dan bersikap toleran terhadap perbedaan pendapat, terutama dalam masalah-masalah furu'iyyah (cabang agama), selama masih berada dalam koridor yang dibenarkan syariat.
  • I'tidal (Adil dan Lurus): Senantiasa berpegang teguh pada kebenaran dan keadilan, tidak condong pada salah satu pihak secara membabi buta.

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa pengertian Aswaja menurut bahasa dan istilah tidak dapat dipisahkan. Secara bahasa, Ahlussunnah wal Jama'ah adalah golongan pengikut sunnah Nabi dan para sahabatnya. Secara istilah, ia adalah manhaj atau metode beragama yang utuh, mencakup pilar akidah (Al-Asy'ari & Al-Maturidi), pilar fikih (salah satu dari 4 mazhab), dan pilar tasawuf (Al-Junaid & Al-Ghazali).

Memahami definisi Ahlussunnah wal Jama'ah secara komprehensif adalah kunci untuk membangun fondasi beragama yang kokoh, moderat, dan seimbang. Ia bukan sekadar label, melainkan sebuah kerangka berpikir dan bertindak yang mengantarkan seorang Muslim untuk meneladani Rasulullah SAW dan para sahabatnya dengan cara yang benar dan teruji oleh sejarah.

Posting Komentar untuk "Pengertian Aswaja Menurut Bahasa dan Istilah (Super Lengkap!)"